Tag Archives: analisa sperma

The Result

Setelah semua hasil tes lengkap, saatnya kami kembali ke Prof Jacoeb. Biasanya kita datang ke klinik setelah cepet2 pulang kantor jam 5. Nah itu biasanya nyampe klinik jam stgh 7an, dan hampir pasti dapat nomer antrian gede, dan dipanggil masuk jam 10-an. Blajar dari situ, kmrn kita santai2 dulu di rmh, mandi, makan, br brgkt. Nyampe sana jam 8an, tetep dapet nomer antrian gede, tapi ga nunggu lama utk dipanggil :).

Begitu masuk ruangan, sama Prof langsung ditanya, “Gimana, udah hamil blm?”. Lah Prof, ini kita balik lagi gara2 baru haid (-_-“). Beliau lantas membaca dan menjelaskan hasil tes sebagai berikut:

Tes Hormon, alhamdulillah sebagian besar normal, artinya setiap bulan proses ovulasi berjalan dengan baik. Namun hormon prolaktin dan testosteron Mama cukup tinggi, dan ini mempengaruhi kualitas telur. Prolaktin tinggi biasanya ditemui pada ibu  hamil atau sedang menyusui, nah kalau prolaktin tinggi pada ibu yg tidak sedang hamil, maka akan mempengaruhi kualitas sel telur. Berikut ini ada penjelasan yg cukup lengkap http://rsiasayyidah.wordpress.com/2010/12/17/tidak-haid-tapi-tidak-hamil/ . Hormon prolaktin ini dipengaruhi juga oleh tingkat stress ibu, jadi kata Prof, ga boleh memendam perasaan sebel dalam hati (noted Papa, noted Boss, noted Neighbour :D). Hormon testosteron tinggi artinya bersifat kelelaki-lakian, dicirikan dengan jerawat, hairy, etc. Mama saat ini memang lg jerawatan polll, tp kayanya  lbh krn jarang cuci muka belakangan ini (denial :D). At the end, for both issues, Prof said no problem, itu bisa diobati :). Jadi Mama mendapat resep utk diminum selama 1 bulan, dan setelahnya dilakukan tes hormon lagi utk mengetahui apakah kadar hormon sudah normal.

Tes jumlah telur menunjukkan bahwa Mama punya 24rb sel telur yg siap dilepas selama dalam usia produktif. Wah, cukup banyak ya.. Tapi mengingat setiap bulan ada 200 telur yg dilepas, maka Prof mengatakan bahwa proses TTC ini perlu dipercepat. I couldn’t agree more, wong sudah kepingiiinn ketemu adik bayi kok..

Tes mikrokuretase alhamdulillah hasilnya baik. Terdapat cukup lapisan dalam rahim untuk implantasi sel telur yg telah dibuahi. Atau kata Prof, tanahnya subur dan siap ditanam :D. Tes Diabet dan insulin juga baik, kadar gula darah normal.

Tes TORCH menunjukkan hasil positif utk Rubella dan Herpes mulut. Hadduuhh muncul darimana ya ini, secara dulu jg pernah tes tapi hasilnya normal semua. Ternyata virus rubella bisa datang dari makanan yg kurang matang, sedangkan Herpes bisa menular melalui air liur, misal minum dr gelas yg sama dgn org yg sakit herpes (uummm, mengingat2.. kapan ya sharing gelas??). Anyway, gud thing kita tahu hal ini sebelum hamil. Karena ibu hamil dengan TORCH dapat mengakibatkan bayi berkembang tidak sempurna, dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, jantung, etc. Again, Prof said no problem, ini jg bisa diobati. Mama diberi resep utk 3 bulan, dan setelahnya dites lagi. Insyaallah nanti saat adik bayi datang, Mama sudah dalam kondisi siap dan sehat ya :).

Turns out, analisa sperma di Sam Marie jauh lbh lengkap dari yg pernah kami lakukan sebelumnya. In summary, jumlahnya mencukupi, tetapi kualitasnya kurang baik. Sperma dapat berjalan lurus tetapi gerakannya lambat. Papa langsung komen, “kan berhati2 Dok” :D. Selain itu, ada juga tes yg mengukur umur sperma di dalam rahim, hasilnya adalah sperma dapat bertahan hidup setengah hari. Kalau begitu, untuk memperbesar peluang terjadinya pembuahan, maka Papa dan Mama “perlu bertemu” sehari dua kali dunk hihihi… (analisa ngawur, ga usah ditiru ;)). Papa mendapat resep obat utk diminum selama 3 bulan. Dan tes yg terakhir adalah antibodi antisperma (ASA). Nilai ASA mama sangat tinggi 1:4000. Atau kata Prof ada satpam galak di dalam sana :D. But no worry, satpam ini bisa dibuat lbh ramah dengan treatment ILS (imunisasi leukosit suami) atau PLI. Kami diberi pengantar utk melakukan treatment di Klinik Sam Marie Wijaya, dgn dr. Sundari. Dari googling, kami mengerti ada pro kontra terhadap tes ASA ini. Disebutkan bahwa di luar negeri tes ini sudah ditinggalkan sejak thn 1950 krn hasilnya krg akurat. Namun kami berpikir salah satu kunci keberhasilan  program TTC adalah ketenangan dan keyakinan hati atas program yg telah dipilih. So far kami sangat comfortable dalam menjalani program di Sam Marie. Bagi kami, Prof Jacoeb, tim perawat, fasilitas, lokasi, komunikasi, semua profesional. Kami percaya tim melakukan yg terbaik, dan Insyaallah hasilnya pun baik bagi kami :).

Oh ya, mengenai myom dan adenomyosis yg ada dalam rahim Mama, Prof mengatakan jika dalam 3 bulan blm hamil, maka akan dilakukan laparoskopi, yaitu operasi utk mengambil myom tersebut. Beliau bilang, biasanya kl di-deadline begitu, terus si ibu jadi hamil (daripada di-operasi :D). Either way, still good option for Mama. Kalo hamil alhamdulillah, kalo harus laparoskopi jg gapapa, kan bisa menghilangkan myom yg datang tak diundang ini.. (Eh myom apa jelangkung tho hihi)

As usual, Mama suka punya banyak pertanyaan. Prof juga selalu menjawab dgn jelas (beliau pintar memilih perumpamaan, sebangsa satpam galak tadi :)). Pertama saya tanya setelah “menetas”, berapa lama umur telur? Jawabannya adalah 1 hari. Jadi setiap bulan peluang bertemunya sel telur dan sperma adalah 24 jam tersebut. Pertanyaan mengenai kondisi saluran telur saya yg sebelah kiri yg ujungnya menguncup kedua (Prof keliatan take a deep breath, udah cape kayanya secara kita pasien terakhir, udah jam 9 lbh, tp tetep dijawab dgn baik). Hasil USG bulan lalu menunjukkan telur hanya ada di ovarium kiri, nah kl saluran kirinya kuncup, gimana dong? Prof bilang tidak apa2, krn dalam tubuh ada mekanisme utk menyedot sel telur tersebut ke dalam saluran telur. Fiuh, lepas 1 kekuatiran saya sang tukang cemas ini.

Sedikit insiden saat membayar. Mbak Kasir menunjukkan kalkulatornya dan berkata, “Total tiga puluh satu, Bu”. DAR DER DOR.. 31 juta gitu???  Mama Papa pandang2an panik. Apanya ini yg bikin mahal? Limit CC nya ga bakal cukup ini. Masa sekali minum obat abis 1 jt? Wong mau makan stik 200rb mikirnya luar dalem hihi.. Ternyata yg dimaksud si mbak adalah 3.1jt. Fiuh.. Kita langsung ketawa girang banget :D. Walopun cukup mahal juga, tp kalo dibandingin si 30 jt tadi jd lumayan lega rasanya.

Demikian pertemuan kedua kami dengan Prof, and the story goes on…. (untuk memberi sedikit kesan drama :D)


Final Tests

And yeah, we manage to have all the test done last Saturday. 1,2,3,4 tes digabung jadi satu. Karena salah satunya tes diabet, maka saya harus puasa 10-12 jam sebelumnya. Nah kalo gitu, cocoknya tes ini dilakukan pagi hari. Jadi abis makan malem langsung boboookkk, bangun2 langsung tes. Dijamin bebas lapar :D. Eh tapi kmrn sempet kelaperan juga ding, karena abis tes diabet disuruh minum air gula (yg super manis sampe bikin serak), trus abis itu disuruh puasa 2 jam lagi T_T.

Hampir semua tes di hari Sabtu melibatkan pengambilan darah Mama. Jadi utk meminimalkan jumlah disuntik :p, strategi kami begini: pengambilan darah pertama sekalian minta diambil agak banyak, jadi bisa sekaligus utk tes diabet, torch, dan imunologi thd sperma (diambil 3 tabung kecil). Pengambilan darah kedua hanya utk tes insulin.

Mbak Suster agak kesulitan mencari jalur darah-nya, katanya halus dan ga keliatan (sedari dulu Mama sering mengalami nih.. pernah donor darah jg jd org yg terakhir keluar krn kantongnya lama penuhnya. Dulu petugas bilang krn vena-nya kecil). Di tangan kiri masih ada bekas memar tes hormon di hari 21/22. Jadi ambil darahnya skrg di tangan kanan. Disuntiknya smp 2 kali, ga tau knp. Perhaps yg pertama utk nyari jalur itu tadi ya. Tes diabet-nya ternyata langsung menggunakan alat elektronik (yg suka ada di Century, Guardian, etc). Hasil puasa bagus, 70an.

Sambil menunggu 2 jam utk tes Insulin, kami melakukan pengambilan sampel utk Analisa Sperma. Eng ing eng… :D. Kami sudah 2 kali melakukan tes ini, di OMC dan lab Prodia. Di OMC tempatnya cukup ok, sepertinya salah satu ruang rawat inap yg sedang kosong (luas dan sepi). Sedangkan di Prodia tempatnya di salah satu ruang periksa (terang dan kental suasana medis :D). Nah juaranya di Sam Marie Basra ini. Kamarnya kaya hotel hahaha… Kecil tapi nyaman. Ada kasur pake bedcover, tivi dengan VCD (you know lah what kind of VCD ;)), jendela tertutup korden, meja rias dan tisu, kamar mandi dalam, dan pintu yg ada kuncinya! Eh, penting lho ini, jd privasi terjaga. Botol tempat sampel sperma jg dikemas rapi, shg ketika selesai kita bs bawa sampelnya dgn tas kertas. I like it! Di tempat lain ada yg berupa tabung begitu saja, kan agak malu gimana gitu bawanya :). Singkat kata, proses ini berjalan lancar. Mama sedikit membantu papa di dalam. Udah yaaa, cukup ya, not too much detail, entar blognya dibredel :D. Ohya, sebelum tes sperma, diharuskan puasa tidak behubungan selama 3-5 hari.

Setelah diserahkan, mbak petugasnya menawari kita utk melihat sampelnya di mikroskop. Wah hal baru nih, baru disini ditawari lihat langsung. Daaannn… Bagusss bangeett! We are so amazed. Terlihat jelas di atas preparat puluhan/ ratusan sperma bergerak kesana kemari. Kalo boleh, saya mau deh lihat sampe lama. Luar biasa rasanya, tahu bahwa kita semua berasal dari hal yg sungguh kecil :). Tdk lama kemudian dilakukan pengambilan darah utk tes Insulin. Jarum suntik dimasukkan di lengan kanan, sama dengan sebelumnya. Apparently mbak petugas cukup cermat sehingga setelahnya tidak terjadi memar. Total biaya yg kami keluarkan hari itu sekitar 4jt rupiah, sehingga dari awal program hingga final test, total biaya sekitar 9jt.

Alhamdulillah bulan pertama sudah kami lalui, insyaallah siklus berikutnya sudah ada hasil tes dan bertemu lagi dgn Prof.